Kamis, 30 Juni 2016
Rabu, 29 Juni 2016
Selasa, 28 Juni 2016
Senin, 27 Juni 2016
Sejarah Berdirinya PPS. Shirothul Fuqoha'
Pada zaman kolonial, Desa Sepanjang Gonganglegi Kabupaten
Malang merupakan desa yang terbilang subur dan termasuk desa yang luas. Hal ini
dilihat dari hasil bumi masyarakat pada waktu itu, yang mayoritas berupa padi,
melimpah ruah. Namun dalam kehidupan beragama masyarakat terbilang masih awam.
Meskipun diakui bahwa sersatus persen masyarakat beragama Islam, tapi dalam
pengamalan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari masih sangat
kurang atau dapat dikatakan bahwa masyarakat sepanjang waktu itu tergolong
masyarakat Abangan.
Melihat kenyataan seperti itu tergugahlah hati beberapa tokoh agama untuk mengadakan pengajian-pengajian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai ajaran Islam benar-benar terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Pada mulanya kegiatan pengajian belum memiliki tempat khusus. Tempatnya selalu berpindah pindah dari rumah warga satu ke rumah warga lainnya.
Keadaan ini berlangsung beberapa tahun. Sampai akhirnya pada tahun 1938 ada seseorang yang mewaqofkan sebidang tanah seluas 1184 m2 untuk didirikan sebuah bangunan peribadatan bagi umat Islam Desa Sepanjang. Dan pada tahun itu juga didirikanlah sebuah masjid untuk sarana peribadatan umat Islam sekaligus difungsikan untuk berdakwah dan belajar agama Islam (mengaji).
Pada tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1939 didirikanlah sebuah bangunan (asrama) diselatan masjid dengan bentuk sederhana. Selain dikarenakan masih tersisanya tanah waqof setelah didirikan masjid, pendirian asrama ini juga dimaksudkan sebagai tempat khusus untuk mengaji. Dari sinilah awal mula pondok pesantren Shirotul Fuqoha’ berdiri.
Pengajian-pengajian yang dilaksanakn di asrama ini, dari tahun ke tahun terus berkembang. Namun dengan perkembangan pengajian ini, terdapat suatu kekurangan yang dianggap sangat penting, yaitu tidak adanya seorang ulama’ atau kyai yang mumpuni untuk mengemban amanat dan tanggung jawab sekaligus mengasuh secara khusus terhadap santri-santri yang belajar agam Islam di asrama tersebut. Hal ini karena pada awalnya kegiatan-kegiatan pengajian selalu mendatangkan pengajar dari luar daerah, selain beberapa tokoh agama Desa Sepanjang yang masih terbatas.
Baru pada tahun 1952 ada seorang ulama’ yang berasal dari Jombang bernama KH. Damiri yang tinggal di Desa Sepanjang, tepatnya didekat Masjid tersebut. Kemudian KH. Damiri mendapat amanat untuk mengelola masjid beserta pengajian-pengajian di asrama dekat masjid tersebut yang selanjutnya menjadi pengasuhnya.
Pada tahun 1958 diadakan renovasi dan dibangun sebuah pondok dengan sepuluh ruangan (sekarang asrama A). Sembilan ruangan difungsikan sebagai kamar bagi para santri dan yang satu ruangan sebagi kantor. Dengan adanya renovasi dan bangunan baru ini, pesantren tersebut berkembang dengan pesat, sampai pada tahun 1974 sarana untuk pengajian (ruang kelas) menjadi kurang, karena tempat belajar mengajar hanya ada dua ruangan, itupun ruangan yang ada di depan kamar para santri, sehingga kegiatan belajar mengajar ditempatkan di serambi masjid. Akhirnya pada tahun 1977, pesantren yang belum mempunyai nama tersebut diberi nama pondok Pesantren Salafiyah Shirotul Fuqoha’.
Seiring dengan perkembangan pesantren Shirotul Fuqoha’, maka pada tahun 1981 ditambah lagi sarana pondok yang berupa asrama dengan tujuh ruangan (sekarang asrama B), enam ruangan digunakan untuk kamar santri dan satu ruangan dugunakan untuk tempat belajar mengajar (kelas). Jadi, keseuruhan sarana yang ada menjadi tujuh belas ruangan yang terdiri dari, satu ruang kelas, satu kantor dan lima belas kamar.
Pada tahun 1984 tepatnya pada tanggal 8 Januari, KH. Damiri wafat. Dan untuk melanjutkan kepemimpinan pesantren tersebut, keponakan KH. Damiri yang bernama Muhammad Dahlan Ghoni yang sebelumnya juga ikut mengajar di pesantren tersebut, diberi amanat untuk mengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Shirothul Fuqoha’.
Dengan bertambah santri setiap tahunnya, terutama dari santri putrid, maka pada tahun 1988 dibeli sebidang tanah untuk didirikan asrama bagi santri putrid dengan empat kamar. Selanjutnya pada tahun 1989 ditambah lagi asrama dengan tujuh kamar. Pada tahun1990 dilanjutkan dengan pembangunan aula bagi santri putri, satu kantor dan satu kamar untuk para guru (asatidzah). Dengan bertambahnya santri, terutama santri putra, maka pada tahun 1992 dibangun asrama dengan dua lantai yang berisikan dua puluh dua kamar dan pembangunannya selesai dan ditempati pada tahun 1994.
Setelah pembangunan asrama tersebut selesai, maka dilanjutkan pada pembangunan aula santri putra yang sekaligus difungsikan sebagai ruang kelas untuk belajar mengajar dengan disekat menjadi tiga ruangan. Selanjutnya pada tahun 1995 setelah pembangunan aula santri putra, dibangun satu ruang tamu dan selesai pada tahun 1997. Pada tahun 2000 diadakan renovasi musholla santri putri dan dikembangkan menjadi dua lantai. Lantai atas digunakan sebagai ruang kelas dan yang bawah untuk musholla santri putri yang juga difungsikan sebagai ruang kelas.
Selanjutnya setalah pembangunan musholla santri putri, diadakan renovasi pada rumah (ndalem) sang Kyai dengan dua lantai dimana bagian atasnya digunakan sebagai ruang kelas bagi santri putra.
Seiring dengan banyaknya jumlah jama’ah di masjid, terutama pada waktu sholat jum’at, tarawih dan sholat hari raya, maka pada tahun 2002 diadakan renovasi masjid dengan memperluas ke arah barat dengan membongkar ruangan kamar santri yang ada di dekatnya. Pada tahun 2004 juga diadakan renovasi terhadap serambi bagian depan masjid sekaligus merubah bangunan yang paling tua yaitu kantor dan tiga kamar menjadi kantor baru dengan agak luas dari kantor sebelumnya.
Source:
Melihat kenyataan seperti itu tergugahlah hati beberapa tokoh agama untuk mengadakan pengajian-pengajian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai ajaran Islam benar-benar terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Pada mulanya kegiatan pengajian belum memiliki tempat khusus. Tempatnya selalu berpindah pindah dari rumah warga satu ke rumah warga lainnya.
Keadaan ini berlangsung beberapa tahun. Sampai akhirnya pada tahun 1938 ada seseorang yang mewaqofkan sebidang tanah seluas 1184 m2 untuk didirikan sebuah bangunan peribadatan bagi umat Islam Desa Sepanjang. Dan pada tahun itu juga didirikanlah sebuah masjid untuk sarana peribadatan umat Islam sekaligus difungsikan untuk berdakwah dan belajar agama Islam (mengaji).
Pada tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1939 didirikanlah sebuah bangunan (asrama) diselatan masjid dengan bentuk sederhana. Selain dikarenakan masih tersisanya tanah waqof setelah didirikan masjid, pendirian asrama ini juga dimaksudkan sebagai tempat khusus untuk mengaji. Dari sinilah awal mula pondok pesantren Shirotul Fuqoha’ berdiri.
Pengajian-pengajian yang dilaksanakn di asrama ini, dari tahun ke tahun terus berkembang. Namun dengan perkembangan pengajian ini, terdapat suatu kekurangan yang dianggap sangat penting, yaitu tidak adanya seorang ulama’ atau kyai yang mumpuni untuk mengemban amanat dan tanggung jawab sekaligus mengasuh secara khusus terhadap santri-santri yang belajar agam Islam di asrama tersebut. Hal ini karena pada awalnya kegiatan-kegiatan pengajian selalu mendatangkan pengajar dari luar daerah, selain beberapa tokoh agama Desa Sepanjang yang masih terbatas.
Baru pada tahun 1952 ada seorang ulama’ yang berasal dari Jombang bernama KH. Damiri yang tinggal di Desa Sepanjang, tepatnya didekat Masjid tersebut. Kemudian KH. Damiri mendapat amanat untuk mengelola masjid beserta pengajian-pengajian di asrama dekat masjid tersebut yang selanjutnya menjadi pengasuhnya.
Pada tahun 1958 diadakan renovasi dan dibangun sebuah pondok dengan sepuluh ruangan (sekarang asrama A). Sembilan ruangan difungsikan sebagai kamar bagi para santri dan yang satu ruangan sebagi kantor. Dengan adanya renovasi dan bangunan baru ini, pesantren tersebut berkembang dengan pesat, sampai pada tahun 1974 sarana untuk pengajian (ruang kelas) menjadi kurang, karena tempat belajar mengajar hanya ada dua ruangan, itupun ruangan yang ada di depan kamar para santri, sehingga kegiatan belajar mengajar ditempatkan di serambi masjid. Akhirnya pada tahun 1977, pesantren yang belum mempunyai nama tersebut diberi nama pondok Pesantren Salafiyah Shirotul Fuqoha’.
Seiring dengan perkembangan pesantren Shirotul Fuqoha’, maka pada tahun 1981 ditambah lagi sarana pondok yang berupa asrama dengan tujuh ruangan (sekarang asrama B), enam ruangan digunakan untuk kamar santri dan satu ruangan dugunakan untuk tempat belajar mengajar (kelas). Jadi, keseuruhan sarana yang ada menjadi tujuh belas ruangan yang terdiri dari, satu ruang kelas, satu kantor dan lima belas kamar.
Pada tahun 1984 tepatnya pada tanggal 8 Januari, KH. Damiri wafat. Dan untuk melanjutkan kepemimpinan pesantren tersebut, keponakan KH. Damiri yang bernama Muhammad Dahlan Ghoni yang sebelumnya juga ikut mengajar di pesantren tersebut, diberi amanat untuk mengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Shirothul Fuqoha’.
Dengan bertambah santri setiap tahunnya, terutama dari santri putrid, maka pada tahun 1988 dibeli sebidang tanah untuk didirikan asrama bagi santri putrid dengan empat kamar. Selanjutnya pada tahun 1989 ditambah lagi asrama dengan tujuh kamar. Pada tahun1990 dilanjutkan dengan pembangunan aula bagi santri putri, satu kantor dan satu kamar untuk para guru (asatidzah). Dengan bertambahnya santri, terutama santri putra, maka pada tahun 1992 dibangun asrama dengan dua lantai yang berisikan dua puluh dua kamar dan pembangunannya selesai dan ditempati pada tahun 1994.
Setelah pembangunan asrama tersebut selesai, maka dilanjutkan pada pembangunan aula santri putra yang sekaligus difungsikan sebagai ruang kelas untuk belajar mengajar dengan disekat menjadi tiga ruangan. Selanjutnya pada tahun 1995 setelah pembangunan aula santri putra, dibangun satu ruang tamu dan selesai pada tahun 1997. Pada tahun 2000 diadakan renovasi musholla santri putri dan dikembangkan menjadi dua lantai. Lantai atas digunakan sebagai ruang kelas dan yang bawah untuk musholla santri putri yang juga difungsikan sebagai ruang kelas.
Selanjutnya setalah pembangunan musholla santri putri, diadakan renovasi pada rumah (ndalem) sang Kyai dengan dua lantai dimana bagian atasnya digunakan sebagai ruang kelas bagi santri putra.
Seiring dengan banyaknya jumlah jama’ah di masjid, terutama pada waktu sholat jum’at, tarawih dan sholat hari raya, maka pada tahun 2002 diadakan renovasi masjid dengan memperluas ke arah barat dengan membongkar ruangan kamar santri yang ada di dekatnya. Pada tahun 2004 juga diadakan renovasi terhadap serambi bagian depan masjid sekaligus merubah bangunan yang paling tua yaitu kantor dan tiga kamar menjadi kantor baru dengan agak luas dari kantor sebelumnya.
Source:
1. Zainal, Dokumen Penelitian Pelaksanaan Dakwah
Islamiyah di Pondok Pesantren Salafiyah Shirothul Fuqoha.
2. Wawancara dengan beberapa tokoh, sesepuh pesantren dan
masyarakat sekitar pesantren.
Download Koleksi Buku Nahdliyyin Gratis
1.
|
Dalil-dalil Amaliyah Nahdliyyin
|
|
2.
|
Riwayat Perjuangan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama
|
|
3.
|
Tahlilan menurut Imam Syafi'i
|
|
4.
|
Tanya Jawab bersama KH. Bisri Musthafa (1)
|
|
5.
|
Tanya Jawab bersama KH. Bisri Musthafa (2)
|
Kamis, 23 Juni 2016
Dewan Asaatidz dan Asaatidzah PPS. Shirothul Fuqoha'
- Kyai Nasruddin, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 1985 – Sekarang
- Muhammad Syukron, Gondanglegi Malang Mulai 1985 – Sekarang
- Agus M. Shofiyulloh, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2009 – Sekarang
- Agus M. Syamsul Mu’in, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2013 – Sekarang
- H. Idris Ali, Karangasem Gondanglegi Malang Mulai 1985 – Sekarang
- H. Arif Rohman Rusydi, Sipring Pagelaran Malang Mulai 1989 – Sekarang
- Muhyiddin, Penjalinan Gondanglegi Malang Mulai 1990 – Sekarang
- Ahmad, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 1995 – Sekarang
- Hamim Faiz, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 1997 – Sekarang
- Ahmad Riyadi, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2013 – Sekarang
- Khoirul Lutfi, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 1998 – Sekarang
- Syukron Amin, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 1998 – Sekarang
- Muzammil, Dadapan Wajak Malang Mulai 1998 – Sekarang
- Nur Sa’di, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 1995 – Sekarang
- Muhammad Hasyim, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2002 – Sekarang
- Wahid Hasyim A., Pesantren Turen Malang Mulai 2004 – Sekarang
- Ahmad Maftukhin, Kauman Turen Malang Mulai 2004 – Sekarang
- Mulyadi, Wonokerto Bantur Malang Mulai 2002 – Sekarang
- Effendi, Tumpukrenteng Turen Malang Mulai 2000 – Sekarang
- Miftahul Amin, Pagedangan Turen Malang Mulai 2004 – Sekarang
- Mas’ud Zakariya, Tanggung Turen Malang Mulai 2004 – Sekarang
- Abdul Rouf , Padi Turen Malang Mulai 2004 – Sekarang
- Muhammad Mahfudh, Sipring Pagelaran Malang Mulai 2008 – Sekarang
- Mudzakir, Sedayu Turen Malang Mulai 2008 – Sekarang
- Ahsantu Dhonni, Sipring Pagelaran Malang Mulai 2008 – Sekarang
- Muhammad Zumri, Sambungrejo Grabag Magelang Mulai 2008 – Sekarang
- Muhammad Sa’id, Kanigoro Pagelaran Malang Mulai 2010 – Sekarang
- Muhammad Hizbuddin, Tulung Pamotan Rembang Mulai 2010 – Sekarang
- Muhammad Yahya, Pamotan Dampit Malang Mulai 2010 – Sekarang
- Ahmad Munaim, Tulungrejo Donomulyo Malang Mulai 2013 – Sekarang
- Muhtar Latif Ansor, Banjarejo Pagelaran Malang Mulai 2013 – Sekarang
- Muhammad As’ad, Sambungrejo Grabag Magelang Mulai 2013 – Sekarang
- M. Sofyan Khoiruddin, Majangtengah Dampit Malang Mulai 2013 – Sekarang
- Muhammad Kirom, Samarinda Mulai 2013 – Sekarang
- Khoirul Adib, Kalirandu Cepiring Kendal Mulai 2013 – Sekarang
- Alaik Idham Khalid, Kasri Bululawang Malang Mulai 2014 – Sekarang
- Ali Agung As’ad Fauzi, Dadapan Wajak Malang Mulai 2014 – Sekarang
- M. Mahrus Ali, Sukolilo Wajak Malang Mulai 2014 – Sekarang
- Khoiril Anam, Kuripan Timur Purwodadi Grobogan Mulai 2014 – Sekarang
- M. Yusuf, Sukolilo Wajak Malang Mulai 2014 – Sekarang
- M. Yusuf Ar-Rifai, Clumprit Pagelaran Malang Mulai 2014 – Sekarang
- Budi Abdillah At Taufiqi, Clumprit Pagelaran Malang Mulai 2014 – Sekarang
- Alwi Romdloni, Panjer Jeru Turen Malang Mulai 2014 – Sekarang
- Adib Amaruddin, Jungsemi Kangkung Kendal Mulai 2015 – Sekarang
- Ahmad Zainuri, Segaran Gedangan Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Moh. Arifin, Srigonco Bantur Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Imam Subaihaqi, Dadapan Wajak Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Isma Ulil Fauzi, Bantur Timur Bantur Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Lukman Hakim, Pakem Wajak Malang Mulai 2015 – Sekarang
- M. Bahtsuluddin, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2015 – Sekarang
- M. Khoirul Wahab, Kangkung Kangkung Kendal Mulai 2015 – Sekarang
- M. Labid Allaitsi, Karangasem Gondanglegi Malang Mulai 2015 – Sekarang
- M. Zainuddin Kamal, Ngronggot Nganjuk Mulai 2015 – Sekarang
- Maulana Shodiq, Sumber Makmur Wigung Musirawas Mulai 2015 – Sekarang
- Muhtamam, Sambungrejo Grabag Magelang Mulai 2015 – Sekarang
- Mujahidin Farid, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Yusrul Falah, Karanganyar Karanganyar Demak Mulai 2015 – Sekarang
- Ning Murthosimah, Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2009 – Sekarang
- Ning Fatimatuz Zahroil B., Sepanjang Gondanglegi Malang Mulai 2013 – Sekarang
- Hidayatul Mukarromah, Sumbermanjing Wetan Mulai 2013 – Sekarang
- Rokhilatus Saidah, Dadapan Wajak Malang Mulai 2014 – Sekarang
- Zahrotun Nafisah, Panjer Jeru Turen Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Halimatus Sa’diyah, Cikedunglor Cikedung Indramayu Mulai 2015 – Sekarang
- Umi Ma’rifah, Blayu Wajak Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Durrotun Nafisah, Sumberpucung Sumberpucung Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Rofi’atul Fatimah, Banjarpatoman Dampit Malang Mulai 2015 – Sekarang
- Luluk Musyarofah Taman Asri Ampelgading Malang Mulai 2015 – Sekarang
Rabu, 22 Juni 2016
Download MP3 Banjari Shiidus Syafa'ah SHIROTHUL FUQOHA'
1.
|
Shiidus Syafa'ah_Bimaulidil Hadi
|
|
2.
|
Shiidus Syafa'ah_Diinu Naya
|
|
3.
|
Shiidus Syafa'ah_Layla 'alayya
|
|
4.
|
Shiidus Syafa'ah_Robbi Kholaq
|
|
5.
|
Shiidus Syafa'ah_Yaa Badrotim
|
|
6.
|
Shiidus Syafa'ah_Yaa Robba Makka
|
|
7.
|
Shiidus Syafa'ah_Yaa Uhailal Hubb
|